Rabu, 16 November 2011

PUISI



Kenangan

Kita bertemu lalu kita berteman
Bersahabat dengan ceria
Kita selalu berdua          
Kemanapun selalu bersama
            Tak lama kemudian, kau pun menyatakan perasaanmu
            Jujur… saat itu aku tak menyangka
            Tak pernah ku duga persahabatan kita akan
            Tercipta benih-benih cinta pada dirimu
Saran dari teman-teman pun kuterima
Dan akhirnya ku menjawab perasaanmu…
Setiap hari kita jalani bersama
Walau ku memikirkan orang lain
Tetapi kau tetap sabar dan setia menunggu
            Sampai akhirnya diriku pun terhanyut oleh kesabaranmu
            Berbulan-bulan kita lalui bersama
            Rasa yang berbeda mulai terasa
            Aneh… namun aku menerima semua
            Semua keputusanmu untuk mengakhiri cerita kita
Tak ada lagi canda dan tawa
Bahkan bertegur sapa pun tidak
Yang ada hanyalah tangisan dariku
Cukup sudah… itu semua hanyalah sebuah kenangan

Jumat, 10 Juni 2011

Cerita SMA ku :)

Sekarang adalah waktunya penerimaan siswa baru di semua sekolah. Terutama SMA N 78 Jakarta Selatan. Murid-murid dari semua SMP berbondong-bondong untuk daftar di SMA tersebut, entah mungkin ada yang terpaksa karena terdepak dari pilihan SMA yang mereka inginkan, istilahnya buangan. Tapi ada juga yang ingin masuk 78 walaupun nem mereka tinggi.
    Termasuk diriku juga mendaftar di sekolah tersebut. Jujur aku sebenarnya sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang 78, letaknya dimana, sekolahnya gimana, belajarnya gimana, dan lain-lain. Tapi karena di pilihan SMA ada, dan letaknya pun dekat jadi kupilih. Ya, untungnya waktu pendaftaran aku ditemani mamaku jadi aku tidak nyasar kesekolah itu.
    Hari pertama aku masuk sekolah, ya pastilah namanya juga anak baru pasti di MOS dulu. Aku berangkat sendirian. Aku tidak tahu siapa-siapa disana, yang kutahu cuma Hari dan Okta teman SMP ku dulu juga masuk disitu dan kebetulan kami sekelas. Tapi susah bagiku mencarinya diantara banyak orang. Semua anak kelas 1 sudah pada duduk di barisan kelas masing-masing di lapangan basket. Aku mencari-cari kelasku. Aku menyerah, daripada sok tau lebih baik aku bertanya pada kakak kelas saja.
    "Kak, maaf mau nanya kelas 10-1 dimana ya?" tanyaku.
    "Oh disitu de, sini kuantar" jawabnya.
    "Makasih ya kak" ucapku padanya.
    Disitu aku duduk dan aku tidak mengenal siapa yang duduk didepan ku. Tidak lama kemudian kami disuruh masuk ke kelas kami, dan kelas kami di lantai 3, paling pojok. Awalnya aku dan Hari sudah janjian untuk duduk bareng di kelas, tetapi kakak kelas meminta untuk duduknya di campur, tidak boleh sama. Akhirnya aku duduk dengan cowok yang benar-benar sama sekali tidak aku kenal, entah siapa namanya, berasal dari sekolah mana. Di kelas itu yang kukenal hanya Hari dan Okta. Benar-benar hanya mereka berdua.
    3hari sudah kami jalani MOS oleh kakak kelas, di hari terakhir MOS kami harus menulis surat cinta untuk kakak kelas kami yang kami suka, dan memberi cokelat beserta bunga untuknya. Aku kasih ke kak Ali, ya dia gak ganteng-ganteng banget sih tapi entah kenapa waktu hari pertama MOS aku suka dengannya. 3hari MOS sudah cukup bagiku untuk mengenal anak sekelas. Memang sih tidak semuanya, tapi setidaknya setengah kelas.
    Aku duduk dengan Rosa, dia berasal dari MTs. Sedangkan Hari duduk dengan Okta. Kami punya teman baru, yaitu Rama dan Tina. Mereka duduk didepanku, kami sangatlah akrab. Di SMA ini ternyata banyak temen SMP ku yang masuk sini, ya walaupun di SMP kami tidak dekat.

Kamis, 09 Juni 2011

Malapetaka Tanggal 9

    Tanggal 9? Bisa dibilang memang adalah tanggal yang paling sial buat hidup gue, karena tanggal itu bikin gue sakit hati. Yang pertama tanggal 9 November 2009 gue putus sama orang yang udah buat gue sayang banget sama dia dan bikin gue ngelupain orang yang gue sayang banget waktu SMP. Demi apapun itu nyeseknya minta ampun, berbulan-bulan gue gak bisa ngelupain dia. Dan pernah gue coba buat pacaran sama orang lain yaitu mr.A, tapi tetep aja hati gue cuma buat dia.
    Sampai akhirnya gue putus sama mr.A. Awalnya gue biasa aja, tapi lama-kelamaan gue merasa gue hampa tanpa dia dan gue mulai ngerasa sayang sama dia. Well, akhirnya gue balikan lagi sama dia. Dan sekarang tanggal 9 Februari 2011 gue diputusin sama dia, tapi gak jadi karena gue minta sama dia supaya gak putus, untungnya dia mau.
    Kalo gak tanggal 9 adalah bener-bener tanggal yang sangat gue benci di dunia ini. O, iya gue lupa tanggal 9 Februari 2010 adalah tanggal jadian cowok yang pertama sama ceweknya yang sekarang.
    Tanggal 9 oh tanggal 9 kenapa engkau begitu ngeselin?

Sabtu, 12 Februari 2011

Cerpen

Hadiah Peri Ulang Tahun

    Duuuh... bukan main bingungnya para pelayan di rumah Shera! Pesta ulang tahun Shera hampir dimulai, tapi dia malah mengurung diri di kamar. Padahal tamu-tamu undangan sudah datang. Makanan yang lezat-lezat sudah dihidangkan. Badut penghibur sudah siap beraksi. Ruangan pesta pun sudah dihias balon dan pita warna-warni.
    Shera ngambek karena ayahnya yang tak bisa hadir. Ayah Shera sedang bertugas di luar kota. Sedangkan ibu Shera sudah lama tiada. Pak Kepala Pelayan berusaha membujuk Shera dengan susah payah. Akhirnya Shera bersedia keluar kamar dengan mata sembab dan basah.
    Ketika pesta sudah usai, tamu-tamu sudah pulang, Shera membuka kado-kado ulang tahunnya. Kado-kado itu dibungkus sampul berwarna-warni. Ada pula yang mengikatkan pita dan bunga sebagai aksesori. Isinya bermacam-macam. Boneka, jam weker, bingkai foto, syal, dan masih banyak lagi. Tiba-tiba pandangan mata Shera terbeliak menatap sebuah kado yang dibungkus sampul cokelat lusuh. Shera membuka kado itu, isinya sebuah mantel sederhana berwarna abu-abu!
    "Ih, noraknya!" desis Shera.
    "Jangan begitu, Shera! Kamu mesti bersyukur. Apa pun hadiah yang diberikan orang lain, terimalah dengan gembira. Kalau mereka tak bawa hadiah pun tak apa-apa. Yang penting mereka mendoakanmu dengan tulus!" nasihat Pak Kepala Pelayan.
    "Huuu... mestinya mereka bawa hadiah yang lebih bagus, dong!" gerutu Shera sambil melempar mantel itu. Lalu dia masuk ke kamar dengan perasaan dongkol. Ugh, Shera bertekad. Tahun depan, dia hanya akan mengundang teman yang bisa memberi hadiah bagus saja!
    Tiba-tiba... Shera mendengar sesuatu! Dia berjalan menuju pintu dan mendorongnya sedikit. Hei...apa itu? Dari celah pintu kamarnya, Shera mengintip ke ruang tengah. Dia melihat bayangan seorang perempuan bergaun putih keperakan. Tubuhnya terang berkilauan. Perempuan itu menghampirinya, lalu melambaikan tangan.
    "Jangan takut, aku Peri Ulang Tahun. Aku akan memberi hadiah pada setiap anak di hari ulang tahunnya!"
    "Hadiah? Sungguh?! Waaah... Kalau begitu, aku ingin Ayah pulang!" sorak Shera girang.
    "Akan kukabulkan. Tapi malam ini kita akan berjalan-jalan dulu. Ayo, ikutah!"
    Peri itu membawa Shera terbang melalui jendela. Mereka melintasi atap-atap yang berjajar di bawah. Tiba-tiba sang peri membawa Shera turun. Mereka merapat ke dinding sebuah rumah kayu. Lalu mereka mengintip dua orang anak yang sedang bercakap-cakap di kamarnya.
    "Hei, itu kan Breena!" Shera mengenali wajah salah seorang anak. Breena teman sekelas Shera. Tadi sore Breena datang ke pesta ulang tahunnya. Sedangkan anak yang satu lagi adiknya.
    "Ssst..." Peri Ulang Tahun memberi isyarat agar Shera tak berisik. Kemudian mereka menguping pembicaraan Breena dan adiknya.
    "Kenapa Kakak berikan mantel abu-abu itu buat Kak Shera? Mantel itu kan, hadiah Ibu untuk ulang tahun Kakak?" tanya adik Breena.
    Breena tertunduk sedih, lalu menyahut, "Aku tak punya uang untuk membeli hadiah ulang tahun Shera."
    "Bukankah mantel itu sangat kakak bbutuhkan? Sebentar lagi musim dingin tiba. Sedangkan mantel kakak satu-satunya kan sudah rusak. Kancingnya sudah lepas dan banyak jahitannya yang harus ditambal!"
    "Tapi mantel itu barang paling bagus yang aku punya. Barang yang paling pantas kuhadiahkan untuk Shera. Lagipula Ibu sudah mengizinkannya!"
    "Berarti sekarang Kakak tak punya hadiah ulang tahun, dong!"
    "Ah, tak apa. Hari ini aku sudah merayakan ulang tahun yang paling indah di rumah Shera. Mudah-mudahan, Peri Ulang Tahun memberiku hadiah mantel sebagai gantinya. Hoaah... sudah malam, ayo lekas tidur!" Breena mengakhiri pembicaraan. Kemudian kedua anak itu segera naik ke ranjang tua mereka.
    Shera tercekat. Rupanya mantel sederhana pemberian Breena merupakan barang terbaik yang dimilikinya. Setelah itu, sang peri mengantar Shera pulang sampai ke kamarnya.
    "Selamat ulang tahun!" ucap Peri Ulang Tahun seraya terbang meninggalkan Shera.
    "Tunggu!" pekik Shera. "Kau akan memberikan hadiah ulang tahun yang kuinginkan?"
    "Setiap anak akan mendapat satu hadiah impiannya!"
    "Berarti... kau juga akan memberi hadiah ulang tahun untuk Breena?"
    Peri Ulang Tahun mengedipkan sebelah matanya, lalu terbang dan menghilang. Shera terdiam. Beberapa saat dia termenung, kembali terngiang percakapan Breena dan adiknya.
    Hmm... ternyata banyak anak-anak yang tak bisa merayakan ulang tahun seperti dirinya. Bahkan mereka tak bisa mendapatkan hadiah ulang tahunnya dengan mudah. Lama kelamaan Shera merasa matanya berat. Dia menguap... lalu tertidur lelap.
    Cup! Terasa ciuman hangat menyentuh pipi Shera. Dia membuka matanya. Rupanya hari sudah pagi. Dan... Wow! Ayahnya duduk di sisi ranjangnya!
    "Selamat ulang tahun, Sayang. Tugas Ayah sudah selesai. Karena itu Ayah bisa pulang hari ini! Oh ya, Ayah bawa sesuatu untukmu!" Ayah Shera memberi kado berpita. Shera segera membuka isinya. Astaga... Sebuah mantel bulu merah jambu yang sangat indah! Shera terperangah.
    "Kenapa? Kau tak suka?" tanya Ayah cemas.
    Shera menggeleng. "Tidak, aku suka sekali! Terimakasih, Ayah!" Shera mencium pipi ayahnya. "Peri itu menepati janjinya!" seru Shera takjub.
    "Peri?" Ayah mengernyitkan alis. Shera cuma tersenyum.
    "Ayah, kemarin temanku memberikan mantel buat hadiah ulang tahunku. Ternyata kemarin dia juga berulang tahun. Boleh aku berikan mantel ini untuk hadiah ulang tahunnya?"
    Ayah mengangguk setuju. Shera memeluk ayahnya. Shera yakin, mantel bulu merah jambu itu hadiah dari sang peri untuk ulang tahun Breena!


***SELESAI***